Bantuan Bermata Dua

Wacana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat yang merupakan “BLT gaya baru” mengingatkan Saya pada artikel Organisasi Bantuan AS: Pemberian Sumbangan bagi Kaum Miskin, Pendekatan yang Salah

Setelah saya baca kembali artikel tersebut maka saya dapati sebuah perbedaan mendasar antara pemikiran pemerintah Indonesia dengan pemikiran sosok Leila Janah. Keduanya sama-sama berfikir mulia, yakni ingin membantu masyarakat miskin atau bahkan membantu mengentaskan mereka dari belenggu kemiskinan. Hanya cara mereka berbeda, pemerintah Indonesia menggadang sebuah BLSM atau BLT bagi penduduk miskin Indonesia, sedangkan Leila Janah mencoba mengexplorasi mereka dengan mempekerjakan mereka.

Antrean BLT
Sumber : kotapalembang.blogspot.com

Soal efektifitas dari dua langkah yang berbeda itu rasanya sudah tak perlu diperdebatkan. Jelas saja dengan memberikan penduduk miskin pekerjaan yang layak maka akan memberi kans mereka untuk hidup lebih layak secara bertahap dan lepas dari kemiskinan.

 

Kesalahan mendasar masyarakat dunia adalah mereka seringkali memberikan sesuatu untuk membantu seseorang. Bukan memberikan cara untuk membantu seseorang. Ini terlihat jelas banyaknya donatur yang memberi bantuan material seperti uang ataupun barang dan sedikit sekali donatur yang memberikan bantuan pelatihan kerja untuk orang-orang miskin.

 

Tapi Leila Janah adalah donatur yang berbeda dan dunia membutuhkan donatur-donatur seperti Leila Janah. Dia wanita muda yang tergerak dibidang socialwork entrepreneur. Dia tidak terfokus pada usaha yang profitable bagi dirinya saja tetapi juga usefull bagi mereka yang kurang beruntung.

 

Pemikirannya cukup sepaham dengan pemikiran penduduk miskin didunia. Dia cukup memahami kondisi psikologis orang-orang miskin. Mereka layaknya manusia yang selalu ingin berbuat dan bekerja, bukan hanya menginginkan bantuan agar bisa digunakan ini itu. Oleh karenanya dia memilih mempekerjakan mereka daripada memberikan bantuan matriil kepada mereka.

 

Melihat pemikiran seorang Janah pemikir revolusi ekonomi dunia seharusnya bisa berkaca diri. Mereka sejarusnya bisa melihat kembali kebijakan-kebijakan yang dilakukan untuk mengentaskan orang-orang miskin didunia. Rata-rata kebijakan mereka cukup menolong golongan miskin memenuhi kebutuhannya tetapi mereka tidak memberikan solusi untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup layak secara terus menerus. Sehingga mereka benar-benar lepas dari belenggu kemiskinan.

 

Wanita Pekerja Samasource
sumber : socialbrite.org

Karena sesungguhnya para penduduk miskin itu hanyalah orang yang tidak dipihaki nasib. Padahal lepas dari kondisi ekonominya mereka punya kemampuan dari pikiran mereka, potensi dan ketrampilan lain. Sebagaimana yang diungkapkan Leila Janah. Dan ketika mereka diberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan mereka ternyata hasilnya juga tidak mengecewakan. Begitu pula jika potensi yang dimiliki bisa gali secara lebih maksimal.

 

Sekarang sudah saatnya menghentikan program bantuan finansial kepada mereka. Karena dengan memberikan bantuan finansial hanyalah membuat mereka menggantungkan diri dengan bantuan tersebut. Bukan membuat mereka menjadi manusia mandiri. Ingatlah, mereka juga manusia yang selalu ingin berbuat yang terbaik bagi hidup mereka dan orang-orang yang mereka sayangi. Jadilah orang dermawan yang bijak karena kebaikan kita memberi bantuan kepada mereka bisa bermata dua bahkan menjadi bumerang bagi mereka.

About N. Aini


3 responses to “Bantuan Bermata Dua

Tinggalkan Balasan ke Bantuan Bermata Dua « Kontes Ngeblog VOA Batalkan balasan